Duisternis

Never feel alone...

September 16, 2009

"i (don't) found my piece of heaven the day that i found you (yet)"

diketik oleh si vigar duisternis |

Dengan sadar, kedua mata saya mengoptimalkan kemampuan sudutnya untuk melihat indikator waktu di ujung kanan bawah layar komputer, dan di sana tertera tulisan 02:55 AM. Tanpa berpikir terlalu lama, otak saya sudah bisa menjelaskan dengan gamblang bahwa saya telah menghabiskan waktu 6 jam di depan komputer, tanpa tidur... ya, tanpa tidur. Seandainya tanpa ada kesadaran harus bergegas menyantap sahur pagi ini, tentu waktu akan berjalan lebih lama dihabiskan di depan komputer. Berharap bahwa jam tadi melakukan kesalahan, segera jam di telepon genggam saya lirik untuk memastikan, dan hasilnya memang keliru, 02:43 tertera di sana. Sialan, komputer ini menipuku sebanyak 12 menit!!! Untuk lebih memastikan siapakah yang melakukan penipuan, komputer atau telepon genggam, akhirnya kulakukan usaha lebih besar untuk menengok 180 derajat ke atas tempat tidur. Jam tangan di atas tempat tidur  pun menunjukkan waktu 03:10, dan sekaligus memberikan kesimpulan bahwa ketiga dari mereka telah melakukan penipuan besar-besaran milenium ini.
Dengan langkah gontai kelelahan begadang seperti habis berperang, akhirnya kaki-kaki ini melangkah menuju ruang tengah untuk menyantap sahur ala kadarnya, sepotong ayam goreng dengan nasi, beberapa gelas air dan satu cangkir teh manis.  "Alhamdulillah," ucap syukur pertama saya hari ini.

Santap sahur hanya menghabiskan kurang dari 30 menit, oke.. anggaplah pembulatan ke atas sehingga hasilnya menjadi 30 menit. Artinya, saya hanya menghabiskan 30/360 dari waktu online saya, atau angka sederhananya adalah 0.08333333..... Singkat sekali!!!

Sehabis santap sahur, rasa lelah akibat online berganti menjadi rasa lelah bercampur sebah sehabis makan. Tak bisa tidur dan tidak boleh tidur, sebelum adzan subuh dan sholat subuh pastinya. Sesekali, ku alihkan acara televisi. Ruben Onsu,, ahhhh kenapa Ruben Onsu, Olga  dan Sule yang harus menjadi ikon dua tahun belakangan ini. Tak ada siaran sepagi ini yang cukup bagus untuk dilihat, kalaupun ada kualitas gambar tidak mendukungnya. Akhirnya, lagi-lagi kamar tidur menjadi tempat transit saya.
Beberapa saat saya melihat ke langit-langit kamar yang sudah hampir satu tahun saya tempati. Dan kembali saya hitung jumlah kotak di atas langit-langit itu, lima belas jumlahnya... masih sama seperti saya hitung untuk pertama kali. 

Setelah selesai menghitung langit-langit, kupalingkan kepala ke arah meja komputer dan berusaha menahan diri untuk tidak menyalakan tombol on/off. Akhirnya untuk mengalahkan itu, buku "The Host" yang terakhir saya dapatkan menjadi korbannya. 

Sekilas tentang buku tersebut, buku tersebut adalah karangan Stephenie Meyer yang lebih dikenal sebagai pengarang buku Twilight. Tak tahu mana yang lebih dulu dikarangnya, yang jelas buku The Host adalah buku tertebal yang saya miliki, 770 halaman. Secara garis besar, buku ini bercerita tentang misi penyisipan makhluk asing ke dalam tubuh manusia. Secara garis besar cerita tentang Alien mungkin masuk artian "mirip" dengan buku ini. Namun tanpa ingin melakukan penghakiman dini, saya tetap meneruskan membaca.

Pagi ini, bab yang saya santap adalah bab 6 dan 7. Pada awalnya tak ada masalah dengan bacaan di bab tersebut, sampai akhirnya di akhir bab 7 saya menemukan pembatas buku yang tertera beberapa kalimat di dalamnya. Tanpa sengaja saya baca, "......Sanggupkah kau menolak mencintai? Sanggupkah kau belajar mematikan cinta yang takkan pernah menjadi milikmu selamanya? _The Host_" Sialan!!! Saya kembali mengumpat pagi ini, bagaimana bisa buku tentang penyisipan makhluk asing bisa berubah menjadi cerita cinta???
Tanpa menunggu lama, buku berat itu saya tutup dan saya simpan di bawah tempat tidur. Kembali langit-langit kamar menjadi satu-satunya benda yang saya lihat, dan saya hitung kembali. Hasilnya masih sama, lima belas kotak.
Sekelibat kembali teringat bahwa di dalam lemari saya menyimpan sebuah kotak berwarna biru berisi dua buah buku yang rencananya akan saya berikan kepada seseorang. Di dalamnya terdapat buku yang ingin saya baca sejak lama, "Perahu Kertas" karangan Dewi Lestari. Tanpa saya baca halaman belakang buku seperti yang biasa saya lakukan sejak masih SMP sebelum membaca buku, kali ini halaman pertama langsung saya baca tanpa banyak kompromi.

Tak ada masalah dengan halama pertama sampai awal bab dua. Hanya bercerita tentang seorang seniman muda yang tinggal di Belanda dan seorang wanita muda yang baru lulus SMA dari Jakarta. Tanpa disangka, wanita bersuara indah ini ternyata bisa menyulap sebuah rangkaian kalimat sederhana menjadi ringan dan bersahaja. Tidak kaku dan tidak pula menyalahi aturan berbahasa. Dua bab telah dihabiskan tanpa masalah, tanpa cerita cinta khususnya. Pun sampai pertengahan bab tiga. mata saya terhenti di kalimat "Di mata Ojos, Kugy yang cuek dan seenaknya terkadang menjadi pengingat bagi dirinya untuk bersikap santai dan terbuka bagi segala kejutan dalam hidup".  Namun seperti ungkapan yang telah saya dengar bahwa "cinta adalah bagian terbaik dari cerita apapun". Sehingga, di dunia ini tak ada satu pun cerita tanpa adegan cinta, bahkan Adolf Hitler dan Julius Caesar pun membubuhkan bagian ini dalam cerita hidup mereka. 

Akhirnya,,, kututup juga buku kedua ini. Saya benci cerita tentang cinta!!!!
"i found my piece of heaven the day that i found you" (Javier) masih belum berlaku buat saya









0 komentar:

Subscribe