Duisternis

Never feel alone...

Agustus 30, 2009

The Future is Man-made part 1

diketik oleh si vigar duisternis |

Slogan "The Future is Man-made" hampir setiap hari saya baca di papan billboard superlebar setiap saya pulang kerja dari pabrik. Billboard tersebut bermaksud untuk menyampaikan pesan bahwa nasib dunia ini ada di tangan kita, mengingat kondisi bumi sekarang yang sudah benar-benar mengkhawatirkan. Cuma saja, slogan tersebut sedikit membuat saya bingung juga. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya "Masa depan ada di tangan kita". Wuiihhh.... ternyata bukan saya saja ternyata yang berpikiran seperti itu.

Berbicara tentang masa depan, saya jadi sedikit teringat tentang masa depan di masa lalu saya (nah lho bingung). Maksudnya, impian saya waktu saya kecil. So yesterday!!! Jika dihitung-hitung, cita-cita saya sudah berubah beberapa kali terhitung sejak saya masuk SD. Sesuai dengan kebanyakan anak pada usianya, cita-cita itu hanya ada lima, yaitu polisi, guru, dokter, pilot atau tentara. Selepasnya, jarang ada anak SD yang memiliki cita-cita bahwa dia ingin menjadi seorang CEO atau Engineer, dan kalau pun ada saya angkat topi sekaligus buka celana buat orang tuanya yang telah mencekoki anak-anak mereka dengan hal seperti itu sebelum waktunya.

Seingat saya, dulu sekali cita-cita saya adalah menjadi pilot, bukan karena saya senang ketinggian ataupun senang melihat film yang menayangkan adegan-adegan tentang kendaraan udara ini. Tapi lebih karena bahwa saya tidak memiliki ketertarikan terhadap empat pilihan lainnya. Namanya juga anak-anak. :) :) ;)

Tak disangka dan tak dinyana, pendirian saya ini bertahan sampai usia saya memasuki kepala satu. Setelah menonton iklan salah satu pasta gigi, sebut saja "PEPSODENT" (bukan merek sebenarnya), jika sedikit di-rekonstruksi adegannya adalah sebagai berikut:
 
Anak laki-laki: De, cita-cita kamu jadi apa??

Anak perempuan: Aku ingin jadi astronooooot... (sambil menunjuk poster bergambar astronot)

Anak laki-laki: Tapi kan astronot gigi-nya nggak boleh bolong

Anak perempuan: Aku kan pake pepsodent (sambil menunjukan kotak pepsodent sama kakaknya)

Melihat adegan menyedihkan itu, segera saya berlalu menuju orang tua untuk mendapatkan klarifikasi.

"Ma,, kok astronot giginya nggak boleh bolong??"

"Iya.. makanya rajin gosok gigi" (jawaban yang tidak relevan)

"Tapi kalo jadi pilot giginya mesti bolong kan??" (pertanyaan bodoh!!)

"Ya nggaklah, makanya ke dokter gigi!!"

Sejak itu, berakhirlah kisah cita-cita pilot saya, karena bagaimanapun dokter gigi lebih menyeramkan daripada tidak menjadi pilot. Edisi Cita-cita --> KARENA NGGAK ADA PILIHAN LAIN

0 komentar:

Subscribe